Pemateri Pelatihan

Pelatihan Manajemen Surveilans yang dilaksanakan oleh Pengurus Daerah IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia)/Public Health Association of Indonesia Prov. Sulawesi Tenggara Republik Indonesia (11 Mei 2013)

Peresmian Gedung Baru FKM UHO

Bersama Rektor Universitas Halu Oleo Kendari “Prof. DR. Ir. H. Usman Rianse, MS”, dalam peresmian gedung baru Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

IAKMI : Bakti Sosial Korban Banjir

Tim bantuan sosial Pengurus Daerah IAKMI Prov. Sulawesi Tenggara, memberikan bantuan kepada korban banjir di Kecamatan Kapoaila Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Republik Indonesia

Bersama Istri Tercinta

Dalam suasana lebaran idul adha 2013 bersama Istri “Devi Savitri Effendy”

My Lovely Son and His Sister

Belajar menyukai gitar di usia dini berdua bersaudara “Barakh Alfath Tosepu" dan "Sansiviera Kesha Qalbi Tosepu”

Rabu, Januari 25, 2012

Program Zero Demam Berdarah Dengue (DBD)

Beberapa hari terakhir ini harian kendari pos mewartakan adanya kasus demam berdarah dengue (DBD) dikota kendari. Berita ini bukan saja tahun ini diwartakan, namun telah menjadi tradisi bahwa satiap tahun di kota kendari akan ada kasus DBD, tapi sampai kapan berita seperti ini akan berhenti diwartakan? Upaya apa yang dilakukan pemerintah untuk hal ini? Ternyata penyelesaian DBD hanyalah semacam acara Mario Teguh Golden Ways yang dibawakan oleh salah satu TV Swasta Nasional, enak kedengarannya namun setelah beberapa hari semua akan hilang pesan tersebut. Kenapa ? karena yang disentuh adalah fikiran bukan hati. Sebanyak apapun yang disampaikan kalau hati tidak disentuh hasilnya akan sia-sia. Sebaliknya, kalau fikiran yang disentuh maka kesenangan akan dirasa dengan baik tapi semua itu hanya semu. Itulah gambaran penanganan kasus DBD yang dilakukan pemerintah yang hanya bertindak ketika masyarakat mengalami sakit.

Paradigma sakit masih mendominasi

Penulis sangat yakin ketika terjadi peralihan musim seperti ini dari musim kemarau ke musim penghujan, tenaga kesehatan sudah mulai risih dan galau. Karena kondisi inilah kasus DBD akan terjadi. Dan hal semacam ini telah menjadi rumus umum dibidang kesehatan. Tapi justru kasus DBD selalu muncul dimasyarakat. Fenomena seperti ini sangat aneh, terlebih khususnya di Kota Kendari yang saat ini mencanangkan Kota Sehat, namun pola fikir pengambil kebijakan di Dinas Kesehatan Provinsi Maupun Kabapuaten dan Kota masih menganut system berfikir sakit, yang berarti pelayanan kesehatan bagi masyarakat sakit. Lihatlah contohnya, katika kasus seperti ini terjadi, dinas kesehatan khususnya rumah sakit telah sibuk mempersiapkan ruangan dan tempat tidur bagi penderita DBD, padahal belum ada kasus. Berapa biaya untuk hal tersebut. Kenapa tidak berfikir cara apa yang harus dilakukan agar masyarakat tidak jatuh sakit karena DBD. Seharusnya pemerintah mencanangkan program “Zero DBD”. Dimana-mana pemerintah kabupaten/kota telah meraih Adipura, tapi seiring dengan hal tersebut DBD juga kerap kali terjadi. Harusnya ketika Adipura diraih penyakit seperti ini tidak akan pernah muncul, DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan. Sekali lagi program pembangunan seperti ini yang harus disentuh adalah Hati masyarakat bukan fikiran yang semu.

Berbasis program, bukan hasil

Pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak mengarah pada hasil tetapi mengarah pada capaian program, inilah yang menjadi masalah terbesar dalam pembangunan kesehatan. Jika mengutamakan capaian program. Pembangunan kesehatan bukan saja pada pembangunan fisik semata akan tetapi yang paling utama adalah pembangunan semuberdaya manusia masyarakat. Inilah yang membedakan instansi kesehatan dengan instansi lainnya. Sehingga metode pelayanan kesehatan haruslah mengarah pada hal tersebut. Era orde lama, orde baru, dan reformasi telah berlalu dan sementara dijalani, namun rasa-rasanya pembangunan kesehatan terus mengalami perubahan. Model pembangunan berbasi hasil bukan menjadi prioritas. Reformasi kesehatan yang ditempuh hanya sebatas program. Jika demikian adanya, apakah program tidak dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, tentunya tidak demikian. Yang mesti dirubah adalah model daan pendekatan dalam pelayanan kesehatan harus berbasis hasil. Memang tidak mudah untuk diterapkan karena ini berkaitan dengan kebijakan dan aturan birokrasi pemerintahan, namun ini harus dilakukan.

DPRD fokus pada pembangunan fisik

Salah satu penyebab dari meningkatnya kasus DBD adalah pola fikir wakil rakyat, yang mengedepankan pembangunan fisik. Dalam draf usulan program dinas kesehatan tidak pernah memperhatikan pembangunan non fisik, seperti pembangunan sumberdaya manusia masyarakat. Karena banyak wakil rakyat yang belum paham kesehatan tidak bisa hanya diselesaikan dengan membangun rumah sakit, puskesmas yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang canggih. Hal semacam ini hanya dapat menyelesaikan masalah penyakit menular, yang semakin lama kasusnya semakin menurun. Ini dikenal dengan Transisi Epidemiologi, yakni peralihan penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Pada transisi epidemilogi saat ini, perhatian penyakit tidak menular harus menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dan ini hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan sumberdaya masyarakat, singkatnya pembanguna non fisik harus menjadi perhatian bagi wakil rakyat, khususnya dalam pembahasan anggaran prioritas semacam ini dapat menjadi acuan bahwa membangun bangsa dan negara harus dibangun dengan kekuatan masyararakat. Tentunya, bagi wakil rakyat mengawasi pembangunan semacam ini membutuhkan fikiran dan tenaga yang ekstra. Bentuk pengawasan pembangunan akan menggunakan tiga pendekatan yakni : pendekatan pada pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan, masyarakat selaku obyek dalam program kesehatan, dan pengawasan capaian hasil.

Tentunya, pembangunan kesehatan tidak bisa dihentikan jutru ini akan menjadi kerja keras bagi staekholders, wakil rakyat, dan masyarakat. Pendekatan DBD tidak lagi harus berbasis program, yang sangat dibutuhkan berupa pendekatan “Sentuh hati masyarakat”. Perubahan diri masyarakat terhadap hidup sehat harus muncul dari hati masyarakat, tekanan dan program hanyalah akan menyentuh fikiran masyarakat, hasilnya akan sia-sia. Buktinya, lihatlah pembangunan kesehatan yang dewasa ini diterapkan. Data-data kesehatan yang dimunculkan sangat luar biasa baiknya, namun coba anda kemasyarakat, anda akan melihat data yang sesunguhnya. Untunghlah harian kendari pos selalu mewartakan kasus DBD.

Pendekatan kesehatan masyarakat haruslah fokus dalam pembangunan kesehatan, terlebih dengan adanya difinisi baru kesmas yang di godok oleh program Health Professional Education Quality (HPEQ), yang mengatakan kesmas adalah “Kombinasi dari ilmu pengetahuan, ketrampilan, moral dan etika, yang diarahkan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan semua orang, memperpanjang hidup melalui tindakan kolektif, atau tindakan sosial, untuk mencegah penyakit dan memenuhi kebutuhan menyeluruh dalam kesehatan, dengan menggunakan strategi pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri”. Intinya peran serta masyarakat menjadi fokus utama dalam pembangunan kesehatan, seperti dalam pemberantasan penyakit DBD. Paradigma sakit dalam pembangunan kesehatan harus dihapuskan, penegakan paradigma sehat harus dimulai dari pemerintah dan wakil rakyat, yang tentunya jika ini telah menjadi paradigma pembangunan kesehatan, Program Zero Demam Berdarah Dengue akan menjadi program unggulan dalam pembangunan kesehatan. Dampak turunan akan diraih, seperti : adipura dan kota sehat. Karena penyakit DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan. Semoga hal tersebut dapat terjadi “Harapan itu masih ada, walaupun hanya sekecil buih di lautan”

Sabtu, Desember 17, 2011

Sakit Dan Sehat Ala Koruptor

Dewasa ini, Sakit dan Sehat merupakan dua mata uang yang sama pentingnya, seandainya saja seluruh umat manusia di muka bumi ini ditanya dengan pertanyaan, pilih sakit atau sehat ? rasa-rasanya hanya orang yang tidak waras yang akan memilih sakit. Meminjam istilah Tukul Arwana “Ndeso” pun tahu betapa susahnya dalam keadaan sakit, sehingga pilihan sehat merupakan idaman setiap orang.

Definisi kesehatan masyarakat menyebutkan “Kesmas adalah Kombinasi dari ilmu pengetahuan, ketrampilan, moral dan etika, yang diarahkan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan semua orang, memperpanjang hidup melalui tindakan kolektif, atau tindakan sosial, untuk mencegah penyakit dan memenuhi kebutuhan menyeluruh dalam kesehatan, dengan menggunakan strategi pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri” itu dirumuskan dalam rumusan kesmas melalui program Health Professional Education Quality (HPEQ). Merunut defenisi tersebut semakin menguatkan keteguhan betapa pentingnya nilai-nilai sehat untuk setiap insan. Mewujudkan sehat bukan saja tanggung jawab tenaga kesehatan, namun setiap insan mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan dan mengamalkan sehat.

Sungguh ideal definisi tersebut, namun simaklah berita di media cetak dan elektornik dewasa ini yang selalu mewartakan hampir semua orang yang tersandung hukum akan mengatakan jangan dulu diperiksa klien saya lagi sakit kata pengacara sang terpidana, ini menandakan pilihan sakit hal yang utama ketika berhadapan dengan hukum. Ambillah contoh dulu Soeharto pernah sakit ketika dia akan diajukan ke persidangan. Berikutnya mantan Ketua PSSI, Nurdin Halid juga sempat menghindar dari proses penyidikan, kasus suap Bahasyim saksi yang memberikan uang terhadap Bahasyim juga menyatakan sakit. Malinda Dee dengan kasus yang sangat menghebohkan pembobolan uang nasabah Citibank, mengaku sakit saat ditangkap jaksa. Parahnya, dia memeriksakan kesehatannaya akan menggunakan dana jamkesmas yang seharusnya jamkesmas diperutukan untuk masyarakat miskin. Nazarudin keluar luar negeri alasan sakit jantung, terkini dan terbaru Nunun Nurbaeti juga mengemukakan hal yang sama, alasannya SAKIT. Memang dalam keadaan sakit sang pasien butuh perawatan, segala penyakit harus segera di sembuhkan karena sehat merupakan hak setiap insan. Celah inilah yang digunakan para terpidana kasus korupsi atau yang mengalami masalah hukum. Mereka mencari alasan sakti untuk bisa mengulur-ulur penyidikan atau persidangan dengan cara mendadak sakit pada saat proses hukumnya mulai berjalan.

Selaku seorang tenaga kesehatan masyarakat penulis merasa prihatin dengan banyaknya orang yang terpidana kasus korupsi mengatakan dalam keadaan sakit, ini sangat berbahaya legalitas sakit akan semakin digalakkan terlebih kesmas saat ini sedang gencar-gencarnya menyerukan akan pentingnya sehat. Penegak hukum seperti KPK harus memiliki alasan yang kuat ketika sang tersangka kasus korupsi mengaku sakit. Kepemiminan ketua baru KPK, Abraham Samad, dkk membawa harapan akan hal tersebut. Upaya ini harus diberi support agak tidak seenaknya para koruptor mengaku sakit jika berhadapan dengan hukum. Dalam bertindak KPK memiliki dua dasar hukum yakni : Pertama Pembentukan badan khusus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebenarnya diamanatkan oleh Pasal 43 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001. Kedua dalam melaksanakan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan supervisi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Agar tidak tumpang tindih kewenangan dengan penegak hukum lainnya seperti (Kepolisian RI) dan kejaksaan, dalam melakukan penyelidikan,penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi meliputi tindak pidana korupsi yang : Melibatkan penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dan penyelenggara negara ; Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat ; dan / atau Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,-(Satu miliar rupiah).

Poin penting dari tugas KPK kaitannya dengan kesehatan koruptor adalah “melakukan koordinasi”. Seharusnya ketika pengacara sang terpidana mengatakan klienya dalam keadaan sakit KPK harus berkoordinasi dengan kementrian kesehatan RI terhadap penyakit yang diderita oleh sang terpidana. Selama ini KPK lebih condong menggunakan surat keterangan dokter yang dikeluarkan oleh dokter sang koruptor, ini tidak salah karena salah satu tugas dari dokter adalah memeriksa pasien dan mengeluakan surat keterangan sakit jika dibutuhkan. Namun akhir-akhir ini dengan maraknya terpidana kasus korupsi yang menyatakan dirinya sakit maka koordinasi dengan kementerian kesehatan sangat penting untuk dilakukan. Menginggat institusi ini memiliki visi yang sama yaitu memberantas korupsi. Hal lainnya dapat ditempuh dengan membentuk tim dokter independen yang berada dibawah koordinasi KPK, sehingga surat keterangan sakit tidak dikeluarkan oleh dokter pribadi koruptor.

Dahulu sakit merupakan momok yang sangat menakutkan, bahkan mengingatnyapun tak sanggup untuk dilakukan. Dalam keadaan sakit kehidupan menjadi terbelenggu, hidup terasa menyakitkan. Namun, keadaan saat ini berbanding terbalik dengan masa lampau. Sakit adalah gaya baru yang trend. Mengatakan “saya lagi sakit” merupakan kebanggaan, terlebih jika telah berhadapan dengan hukum. Aparat negara memiliki tugas yang sangat berat dalam menciptakan Negara yang bebas dari korupsi, penulis yakin untuk mewujudkan Persaudaraan Madani harus dimulai dengan Muliakan Tetanggamu, sehingga akan terbina Berubah Untuk Sejahtera. Hal tersebut sangat sulit untuk diwujudkan, namun Harapan Itu Masih Ada, Walaupun Hanya Sekecil Buih Dilautan.

Minggu, Juni 26, 2011

Malinda Dee dan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Saat ini orang yang paling berbahagia di negeri ini adalah Malinda DEE, memiliki uang yang banyak hasil menganyang uang nasabah sebesar 17 milliar rupiah, setiap hari dijaga oleh polisi, kemana mana selalu dikawal aparat keamanan,bahagianya lagi ketika sakit menggunakan asuransi jamkesmas.

Berbagai media, baik cetak maupun elektronik mewartakan Malinda. Sosok Malinda menjadi heboh karena terkait pencucian uang dan tindak pidana perbankan. Mantan Senior Relationship Manager Citibank Landmark itu mengalirkan dana nasabah ke beberapa rekening yang kemudian diketahui ditransfer kembali ke rekening milik Malinda. Paras cantik nan rupawan membuat berita tentang malinda semakin menarik untuk di wartakan. Sangat disayangkan karyawan senior berbuat seperti itu. Namun demikian, itulah faktanya. Proses hukum terus berlanjut tak seorangpun yang bisa lepas dari proses yang sementara berjalan.

Bila meruntut berbagai macam kasus penipuan dewasa ini, hampir tidak ada lagi tempat yang aman untuk menyimpan barang-barang berharga. Selama ini masyarakat menganggap bank adalah tempat yang paling aman untuk menyimpan uang dan benda berharga lainnya. Namun dengan modus yang dilakukan Malinda, rasa-rasanya akan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap bank. Sesungguhnya Malinda adalah wanita yang sangat lihai dan piawai dalam bekerja, seandainya saja Malinda sebelum melakukan aksinya berkonsultasi dengan penulis kolom ini, maka penulis akan menyarankan silahkan mengambil uang yang disimpan para koruptor dan jangan uang yang bukan koruptor. Toh uang itu hasil jarahan, sehingga ceritanya akan menjadi “Koruptor di Jarah”, dan cerita ini akan menjadi kasus pertama yang akan menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam upaya melakukan pencegahan tindak pidana korupsi. Para penegak hukum akan mencari pasal-pasal yang terkait dengan kasus ini, mungkin saja Malinda bisa bebas karena menyelamatkan uang Negara dan dikembalikan ke kas Negara, walaupun jalan dan caranya yang berbeda. Sehingga ceritanya akan semakin menarik menjadi “Penjarah itu Pahlawan”.

Secara rasional uang bagi Malinda tidaklah menjadi persoalan, namun ketika manusia menjadi sakit segalanya akan sirna. Dalam usaha dan doa yang diharapkan hanyalah “Sehat”. Perilaku Malinda membawa efek buruk bagi kesehatan. Tidak salah memperelok tubuh karena itu adalah impian setiap manusia yang ingin tampil hebat, yang perlu diingat adalah proses dan caranya harus sesuai dengan prinsip pelayanan kesehatan. Akibat perbuatan itu Malinda mengeluh payudaranya nyeri saat masuk Rumah Sakit Polri Dr. Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (26/5) lalu, sekitar pukul 15.00 WIB. Kaki dan tangan perempuan itu sempat mengalami pembengkakan. Dia mengalami peradangan pada payudara atau sikatrik mammae mastitis. Takdir berbicara lain, harta yang seharusnya dinikmati harus berakhir di terali besi. Akibat perbuatannya Malinda berada dalam pengawasan pihak kepolisian, namun yang paling mengherankan ketika Malinda sakit , dia akan menggunakan Jamkesmas sebagai asuransi dalam pengobatan peradangan pada payudara yang dia derita.

Program Jamkesmas adalah program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin yang sebelumnya disebut Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin).Program yang dimulai pada tahun 2008 kemudian dilanjutkan pada tahun 2009 karena terbukti meningkatkan akses rakyat miskin terhadap layanan kesehatan gratis. Program itu nantinya terintegrasi atau menjadi bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang bertujuan memberi perlindungan sosial dan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Jika Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) efektif diterapkan di Indonesia, program Jamkesmas akan disesuaikan dengan sistem itu.

Malinda sosok wanita yang sangat beruntung, berbeda dengan Rifan Saputra, Bocah berusia empat bulan,yang menderita penyakit hydrocephalus, warga Kampung Kandang Sapi, RT 02 RW 01, Desa Leuwimekar, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor,Jawa Tengah. Bocah ini masuk di salah satu rumah sakit yang ada didaerah tersebut, namun pihak rumah sakit enggan merawat balita ini, walau keluarga sendiri sudah menunjukan kartu Jamkesmas. Ironi sungguh menyakitkan, jamkesmas yang seharusnya dipergunakan buat masyarakat miskin ternyata tidak kenyataannya lain. Justru akan dipergunakan oleh seorang wanita kaya pembobol uang nasabah. Entah alasan rasional apa yang melatarbelakangi hal ini terjadi, apakah karena dana jamkesmas banyak dikorupsi oleh pengelolanya sehingga dapat dipergunakan oleh Malinda. Di beberapa daerah dilaporkan adanya penyalahgunaan dana jamkesmas seperti yang terjadi Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kepala puskesmas tersebut di duga melakukan penyelewengan dana jamkesmas sebesar 200 juta. Dari segi jumlah, memang tidak sebanding yang dilakukan oleh Malinda, namun jika seluruh puskesmas melakukan hal yang sama dampaknya akan sangat besar.

Dalam prinsip pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah tujuan utama yang selalu dijunjung tinggi. Prinsip ini tidak membeda-bedakan antara kaya dan miskin, sehingga baik Malinda dan Rifan Saputra memiliki hak yang sama. Jamkesmas merupakan perhatian pemerintah terhadap masyarakat dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Ini bisa berjalan dengan baik, bila provider kesehatan mengerti dan memahami prinsip pelayanan kesehatan. Bangsa ini telah mencurahkan energinya dalam menjamin kesehatan masyarakat. Didaerah-daerah dikembangkan dengan istilah pelayanan kesehatan gratis, istilah yang berbeda niat yang sama.

Akhirnya, semoga Malinda dan Rifan Saputra segera memperoleh kesembuhan dan menjalani hidup ini seperti manusia-manusia yang sehat lainnya. Jamkesmas merupakan asuransi kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu, sehingga selayaknyalah hak-hak masyarakat yang kurang mampu di berikan. Ini bisa berjalan dengan baik bila pengelola jamkesmas yang berada di level puskesmas (pusat pelayanan kesehatan masyarakat) memiliki jiwa yang amanah.

Senin, Juni 13, 2011

WABAH Escherichia coli (E.coli) YANG MEMATIKAN (Ramadhan Tosepu)

Mikroorganisme secara luas tersebar di seluruh bumi dan atmosfer. Mikroorganisme termasuk bakteri, virus, dan protozoa, parasit. Mikroskopis ini tidak terlihat dengan mata telanjang. Mereka ditemukan di semua permukaan air, termasuk danau, sungai. Banyak mikroorganisme dapat bertahan pada iklim yang ekstrim. Sebagian besar mikroorganisme dalam lingkungan dan ditemukan dalam air tidak berbahaya, tapi terdapat juga organisma yang berbahaya. Mikroorganisme yang paling penting bagi kesehatan manusia adalah mereka yang menyebabkan penyakit, yang disebut patogen

Pada pertengahan bulan Mei 2011 di Jerman dilaporkan terjadi wabah E.coli. Negara maju ini sangat kaget terhadap wabah yang melanda masyaraat, betapa tidak masyarakat yang begitu peduli tehadap kesehatan dan pemerintah yang serius mengurusi masalah kesehatan mengalami problem yang sangat besar,sungguh tidak dibayangkan akan hal ini terjadi,namun itulah penyakit kapan dan dimana saja bisa terjadi.

E. coli adalah salah satu coliforms tinja. Ia hidup dalam saluran pencernaan berdarah hangat hewan dan manusia. Sehingga E.coli ada dalam kotoran hampir semua hewan berdarah panas dan manusia. Kehadirannya dilingkungan adalah indikasi yang jelas dari kontaminasi tinja. E. coli dapat mengandung patogen dan akan berisiko terjadinya berbagai penyakit. Sehingga secara teori bakteri E.coli hanya bisa ada pada air, dari berbagai macam kasus bakteri E.coli bisa mencemari lingkunga perairan khususnya pada sumber air bersih. Hal inilah yang sering terjadi di beberapa negara berkembang. Kasus ini menjadi serius dan menghawatirkan karena sumber dan media penularannya bukan berasal dari air, namun berbagai buah seperti : mentimun. Strain. Diperkirakan kejadian E.coli ini muncul karena adanya strain baru yang dikenal dengan nama E. coli enterohaemorrhagic (EHEC). Penyakit yang disebabkan oleh E.coli berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat berdarah (haemorrhagic colitis) serta demam dan muntah. Masa inkubasi penyakit akibat E.coli berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari. Dengan strain baru ini E. coli enterohaemorrhagic (EHEC) telah mengembangkan sindrom hemolitik-uremik (HUS), yang dapat menyebabkan diare berdarah, gagal ginjal, kerusakan neurologis dan kematian.

BBC News melaporkan pada tanggal 8 juni 2011 Wabah tersebut telah mengakibatkan 24 orang meninggal, 2.400 orang terinfeksi dengan komplikasi yang menyerang ginjal. Selain itu Departemen Kesehatan RI menyampaikan bahwa ada beberapa negara di Eropa yang mengalami kasus yang sama, yakni Austria (2 kasus EHEC), Republik Czech (1 kasus EHEC), Denmark (7 kasus HUS dan 10 kasus EHEC), Prancis (6 kasus EHEC), Belanda (4 kasus HUS dan 4 kasus EHEC), Norwegia (1 kasus EHEC). Kemudian, Spanyol (1 kasus HUS), Swedia (15 kasus HUS dan 28 kasus EHEC), Swiss ( 2 kasus EHEC), Inggris (3 kasus HUS dan 4 kasus EHEC) dan Amerika Serikat (2 kasus HUS). Ini artinya negara-negara di Eropa harus diwaspadai oleh pemerintah, terlebih masyarakat yang aka bepergian ke Eropa.

Seandainya saja wabah ini terjadi di Indonesia maka ceritanya akan semakin menarik dan menjadi perhatian yang sangat serius, maksudnya adalah lembaga kesehatan dunia World Health Organization (WHO) akan memberikan peringatan yang sangat keras terhadap negara ini. Peringatan yang sama oleh pemerintah provinsi jawa tengah yang salah satu sekolah didaerah tersebut tidak mau melakukan penghormatan bendera, ancamannya “ditutup”. Namun tidaklah demikian di negara eropa,mungkin saja mereka berfikir dunia ini hanyalah milik mereka, sehingga dalam hal-hal tertentu digunakanlah standar ganda.

Tantangan dan perkembangan dalam keamanan makanan

Fokus dari wabah yang terjadi di Jerman mengarah pada pangan. Keselamatan makanan yang berasal dari bioteknologi perlu dinilai dengan hati-hati. Untuk menyediakan dasar ilmiah keputusan mengenai kesehatan manusia, metode baru dan kebijakan untuk menilai makanan seperti itu perlu dikembangkan dan disepakati secara internasional. Penilaian harus mempertimbangkan manfaat bagi kesehatan. Tanaman dimodifikasi untuk menolak hama, makanan dengan alergen dihapus atau makanan dengan peningkatan nutrisi yang sangat penting yang mungkin dapat dilakukan, contoh yang pertama, anti-mikroba dalam beberapa makanan yang dimodifikasi secara genetik telah diusulkan untuk menjadi yang terbaik. yang kedua. Penimbangan resiko dan manfaat potensial merupakan aspek penting penilaian makanan yang berasal dari bioteknologi yang belum mendapat banyak perhatian di masa lalu. Demikian juga, komunikasi yang jelas tentang dasar penilaian keamanan di daerah ini umumnya kurang diperhatikan pada tingkat nasional dan internasional. Jika tidak dipantau dengan baik, perubahan dalam praktek-praktek peternakan, termasuk makanan, mungkin memiliki implikasi yang serius bagi keamanan pangan.

Tantangan lain, yang harus ditujukan untuk membantu menjamin keamanan pangan, termasuk globalisasi perdagangan makanan, urbanisasi, perubahan gaya hidup, perjalanan internasional, pencemaran lingkungan, pencemaran yang disengaja dan alam dan bencana buatan manusia. Rantai produksi pangan telah menjadi lebih kompleks, menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk kontaminasi dan pertumbuhan patogen. Banyak wabah penyakit bawaan makanan yang pernah terdapat dalam komunitas kecil mungkin sekarang mengambil dimensi global.

Upaya Pencegahan

Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran wabah, yang sehat jauh lebih banyak. Mereka ini harus dilindungi agar tidak masuk dalam kelompok yang sakit termasuk masyarakat Indonesia, sehingga pendekatan Public Health (Kesehatan Masyarakat) memiliki peran yang sangat strategis. Secara personal masyarakat di anjurkan untuk menjaga kebersihan perorangan (personal hygiene), misalnya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar dan sebelum makan. Cara ini sederhana namun tidaklah mudah untuk menerapkannya sehingga membutuhkan kerja keras untuk mewujudkannya.

Dari sisi pemerintah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang tersebar di seluruh negeri ini harus mengoptimalkan upaya karantina terutama warga yang berkunjung ke eropa khususnya jerman. Pihak kementrian pertanian juga dituntut untuk tetap mengawasi pangan terutama yang berasal dari negara eropa. Langkah ini akan jauh lebih efektif dalam mencegah penyebaran wabah E.coli jika dibandingkan upaya pengobatan yang melanda masyarakat. Kerugian ekonomi akibat masyarakat yang sakit akan memberikan nilai negatif bagi pembangunan bangsa. (Cengkareng,10 Juni 2011)

Kamis, Januari 06, 2011

Tim Sepak Bola Kesmas



Tim bola Kesmas FMIPA Unhalu, merupakan tim bola yang solid dan tangguh dalam memainkan bola. Tim ini terdiri dari elemen mahasiswa dari berbagai angkatan yang bergabung bersama dosen prodi Kesmas. dalam menghadapi lawan-lawanya tim kesmas mengacu pada semboyan "Libas Lawan Sisakan Nafasnya" maksdunya cetak gol sebanyak-banyaknya. Hahahaha...

Demikian, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merahmati dan meridhai kita semua.
salam,

Ramadhan Tosepu

Selasa, Desember 21, 2010

KEMATIAN DAN LAMBATNYA PELAYANAN KESEHATAN (Ramadhan Tosepu)

Kesehatan masyarakat masalah bersama
Membaca berita yang ditulis dalam media ini (Kendari Pos, edisi 20-10-2010), yang melaporkan adanya pelayanan kesehatan yang kurang baik diterima oleh pasien sehingga menyebabkan lambatnya pelayanan kesehatan di berikan pada pasien sehingga pasien mengalami kematian. Sungguh ironi kesehatan yang merupakan hak setiap warga negara, di zaman sekarang ini masih dikesampingkan. Rumah sakit yang harusnya memberikan pelayanan kesehatan kepada siapa saja yang membutuhkan, terlebih pasien yang dalam keadaan darurat. Kesemua itu tidak dijalankan sebagaimana mestinya, fungsi sosial rumah sakit merupakan yang utama. Peristiwa tersebut sangat memilukan apalagi saat ini pemerintah sulawesi tenggara beberapa yang lalu mengalami predikat buruk dalam pelayanan kesehatan, sekalipun rumah sakit tersebut bukan rumah sakit pemerintah, namun secara operasional pemerintah provinsi sultra melalui dinas kesehatan harus proaktif untuk melakukan pengawasan pusat layanan kesehatan tanpa memilah milik pemerintah atau swasta

RS PRAYOGA DAN DINAS KESEHATAN KOTA KENDARI, MET NAH ! Ramadhan Tosepu

Dalam perjalanan menuju Lasalimu Selatan Kab.Buton (Sabtu,20 November 2010) seorang teman bercerita, ada seorang ayah yang mengeluhkan anaknya dengan istilah met nah. Dalam ceritanya, sang anak berkata “tidak ada gula tidak ada kopi,met nah papa”. Kontan sang ayah kaget, ini istilah apa lagi tanyanya dalam hati. Oleh teman saya menjelaskan dan berkata itu Istilah yang lagi trend saat ini