Selasa, Desember 21, 2010

RS PRAYOGA DAN DINAS KESEHATAN KOTA KENDARI, MET NAH ! Ramadhan Tosepu

Dalam perjalanan menuju Lasalimu Selatan Kab.Buton (Sabtu,20 November 2010) seorang teman bercerita, ada seorang ayah yang mengeluhkan anaknya dengan istilah met nah. Dalam ceritanya, sang anak berkata “tidak ada gula tidak ada kopi,met nah papa”. Kontan sang ayah kaget, ini istilah apa lagi tanyanya dalam hati. Oleh teman saya menjelaskan dan berkata itu Istilah yang lagi trend saat ini
***
Akhir-akhir ini media koran ini (kendari pos) sedang gencar-gencarnya melaporkan aksi yang dilakukan beberapa rumah sakit di kota kendari yang tidak memiliki izin operasional. Salah satu rumah sakit tersebut adalah RS Prayoga yang berada di kawasan Jalan Sao-sao yang memaksa seluruh pasiennya untuk keluar dari rumah sakit tersebut. Apa yang dilakukan RS Prayoga merupakan tindakan yang tidak manusiawi secara sosial dan etika profesi. Betapa tidak pasien selaku obyek material yang membutuhkan palayanan kesehatan harus ditelantarkan oleh adanya kesalahan pengelolaan manajemen. Beberapa waktu yang lalu penulis pernah menulis dimedia ini tentang Kematian dan Terlambatnya Pelayanan Kesehatan. Dalam tulisan tersebut mengisahkan pihak manajemen yang kurang baik dan etika oknum perawat yang bertugas saat kematian menjemput sang pasien yang tak mampu membayar uang pelayanan kesehatan. Karena sibuk mengurus pembayaran pasien, akhirnya pasien tidak dihiraukan sehingga mau menjemput, keluarga pasien yang tidak terima dengan perilaku tersebut melakukan advokasi pada dinas kesehatan provinsi sultra. Hasilnya sampai hari ini belum ada kejelasan. Kalaupun ada, seharusnya hal seperti itu dapat menjadi pelajaran untuk meningkatkan kinerja pengelola Rumah Sakit Prayoga.
Masuk rumah sakit bukanlah merupakan keinginan yang menyenangkan, namun suatu musibah yang harus disyukuri. Masuk RS akan menyebakan munculnya banyak hal salah satunya adalah stress. Ini muncul akibat berhadapan dengan bahasa rumah sakit yang hanya sedikit mereka pahami:” Apakah anda merasa hampa pagi ini? Kapan anda mendapat BM yang terakhir? Anda dijadwalkan untuk ECG dan setelah kembali nanti, kami akan memanggil GNY untuk suatu latihan, kemudian kami akan menyiapkan anda untuk sinar X”. Pasien rumah sakit,juga harus belajar memanipulasi beberapa benda kebudayaan baru seperti bel, pan tempat tidur dan benda-benda rutin rumah sakit yang lain, dan ia harus mempelajari pola interaksi baru dengan orang-orang di sekitarnya.
Masuk rumah sakit sebagai awal dari proses “pengulitan” pasien. “ia diharapkan untuk dapat menahan sebagian besar dari keinginan pribadinya, hasrat serta kebiasaan lamanya untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Namun, karena proses pengulitan terus berlangsung dan efeknya terhadap dirinya semakin meningkat, ia sering kali merasa seakan-akan kehilangan lapisan demi lapisan dari identifikasi dirinya. Peranan pasien dalam kehidupan normalnya, semakin tersisih ke belakang; ia menjadi “kasus” dalam kamar yang bernomor, identitasnya tertera pada sebuah gelang plastik yang bertuliskan namanya, identifikasi yang sama bagi bayi-bayi yang baru lahir. Analogi dengan masa bayi dan kanak-kanak tidaklah di cari-cari, dalam hal kehilangan kontrol, dalam banyak hal, pasien memang mundur ke masa kanak-kanak. Bahkan para pimpinan industri, para profesional dan orang-orang” penting” lainnya mungkin heran mendengar perawat-perawat menyapa mereka dengan nama kecil mereka, atau mungkin dengan kata “sayang”.
Fakta-fakta tersebut memperlihatkan banyaknya pengorbanan yag dilakukan sang pasien, terlebih biaya yang dikeluarkan tak terhitung jumlahnya. Masyarakat ekonomi menengah keatas ini tidak jadi masalah, namun masyarakat yang kehidupannya sangat terbatas ini hal yang memberatkan, sekalipun saat ini pemerintah telah memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat yang kurang mampu. Namun disisi lain banyak hal yang tidak masuk dalam pelayanan yang dibiyaai pemerintah. Apalagi di Rumah Sakit swasta seperti RS Paryoga Kendari.
Masalah yang muncul di RS Prayoga sesungguhnya dinas kesehatan kota kendari punya andil yang sangat besar, oleh karena dari segi administarsi RS Prayoga telah mengusulkan perpanjangan izin operasional, hanya saja pihak dinas kesehatan kota kendari lambat dalam mengambil sikap. Dalam artian seharusnya setelah pihak RS mengajukan usulan perpanjangan izin operasional pihak dinas kesehatan kota kendari harus segera menurunkan tim untuk menilai kelayakan dokumen yang dikirim yangs selanjutnya mengeluarkan rekomendasi, jika terdapat hal-hal yang belum dipenuhi maka harus disampaikan kepihak RS untuk dilakukan perbaikan-perbaikan. Selain itu fungsi pengawasan dan pembinaan harus senantiasa dilakukan, karena rumah sakit ini merupakan asset bersama yang harus dilindungi. Masalah ini semakin carut marut dan memberi dampak yang buruk bagi pelayanan kesehatan. Ini jauh dari harapan yang saat ini sedang menggalakkan adanya “Pelayanan Prima” pada semua instansi RS tanpa melihat RS pemerintah atau swasta. Sedikit banyaknya RS Prayoga dalam meningkatkan derajad kesehatan di Provinsi Sultra memiliki peran yang sangat strategis, oleh karena fungsi kuratif yang dijalankan selama ini memberikan manfaat bagi masyarakat. Sehingga apakah dengan masalah lambatnya penerbitan perpanjangan izin operasional RS Prayoga dari dinas Kesehatan Kota Kendari akan menghentikan pelayanan kesehatan yang selama ini dilaksanakan?
Demikian pula halnya dengan sikap dan tindakan yang dilakukan manajemen RS Prayoga dengan menyuruh paksa pasien adalah sikap yang emosional dan tidak patut untuk dilakukan. Seharusnya tindakan semacam itu harus di buang jauh dari benak pengelola RS. Fungsi sosial dan kemanusian senatiasa dijunjung tinggi, seandainya saja hal itu terrjadi pada keluarga manajemen RS Prayoga, tindakan apa yang akan dimabil terhadap RS tersebut. Penulis sangat yakin semua pihak akan kecewa dan marah terrhadap tindakan tersebut. Menelantarkan pasien suatu tindakan yang sangat tidak beretika, jika demikian adanya bagaimana dengan etika profesi yang selama ini menjadi payung dalam melaksanakan segala aktiftas pelayanan kesehatan?
Sehingga jika melihat sikap yang dilakukan pihak RS Prayoga haruslah menjadi pelajaran bagi semua pihak, bahwa tidakan semacam ini sangat tidak terpuji dan manusiawi, untuk itu penegakan hukum atas tidakan tersebut harus segera dilakukan dan bukan slogan belaka. Ini akan menjadi sejarah kelam dalam proses pelayanan kesehatan jika tidak ditindak tegas dan warning bagi rumah sakit yang lain untuk memberikan pelayanan prima. Tentunya kesalahan yang terjadi dalam manajemen RS Prayoga haruslah dilihat dengan menggunakan pendekatan system, dalam artian pihak dinas kesehatan kota kendari harus bertanggung jawab atas lambatnya proses pengurusan penerbitan perpanjangan izin opersioanl RS Prayoga. Dengan demikian pada Hari Kesehatan Naional yang baru diperingati patutlah menjadi renungan terhadap kasus ini agar tidak terulang di masa yang akan datang. Sendainya saja anak teman penulis tahu dan faham masalah kesehatan yang berkembang saat ini di Kota Kendari, mungkin saja ia akan berkata “RS Prayoga dan Dinas Kesehatan Kota Kendari, Met Nah”.

0 komentar:

Posting Komentar