Pemateri Pelatihan

Pelatihan Manajemen Surveilans yang dilaksanakan oleh Pengurus Daerah IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia)/Public Health Association of Indonesia Prov. Sulawesi Tenggara Republik Indonesia (11 Mei 2013)

Peresmian Gedung Baru FKM UHO

Bersama Rektor Universitas Halu Oleo Kendari “Prof. DR. Ir. H. Usman Rianse, MS”, dalam peresmian gedung baru Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

IAKMI : Bakti Sosial Korban Banjir

Tim bantuan sosial Pengurus Daerah IAKMI Prov. Sulawesi Tenggara, memberikan bantuan kepada korban banjir di Kecamatan Kapoaila Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Republik Indonesia

Bersama Istri Tercinta

Dalam suasana lebaran idul adha 2013 bersama Istri “Devi Savitri Effendy”

My Lovely Son and His Sister

Belajar menyukai gitar di usia dini berdua bersaudara “Barakh Alfath Tosepu" dan "Sansiviera Kesha Qalbi Tosepu”

Rabu, Juli 29, 2009

PENYUSUNAN BUKU SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA (SDKI) 2007 (Ramadhan Tosepu)

Dalam tulisan sebelumnya (baca:gender dalam kesehatan reproduksi di Indonesia,ditulis tanggal,5 Juli 2009) penulis pernah menyampaikan akan pelaksanaan ICPD di Cairo, Mesir. Berkenaan hal tersebut banyak hal yang telah dilakukan pemerintah Republik Indonesia untuk mengurangi masalah kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah pemenuhan basic data kesehatan yang didalammnya memuat data-data terbaru tentang kondisi status kesehatan masyarakat saat ini. Kegiatan ini sangat penting oleh karena data yang telah ada dapat digunakan oleh pemerintah pusat/daerah dalam perencanaan pembangunan kesehatan.
Implementasi dari pemenuhan data kesehatan tersebut telah dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang bertujuan : 1) Mengumpulkan data mengenai tingkat fertilitas, mortalitas dan prevalensi KB.2) Mengumpulkan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, seperti perawatan ibu hamil,imunisasi, pemberian ASI, pengetahuan tentang AIDS/PMS lainnya, dan kematian ibu.3) Memenuhi kebutuhan data dasar yang memiliki keterbandingan internasional untuk penyusunan kebijakan dan program di bidang kependudukan dan kesehatan.4) Mengumpulkan data mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku pria berstatus kawin berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit AIDS dan PMS lainnya.5) Mengumpulkan data untuk memantau peran serta pria dalam program KB.6) Mengumpulkan data mengenai pengetahuan, sikap dan prilaku remaja yang belum kawin berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit AIDS dan PMS seksual lainnya.7) Mengumpulkan informasi mengenai kesehatan lingkungan tempat tinggal, antara lain mengenai kondisi rumah, fasilitas air bersih, fasilitas dapur, keberadaan ternak/unggas di sekitar rumah, dan upaya pencegahan malaria. Survei tersebut dilakukan serentak diseluruh indonesia dengan pelaksana kegiatan BPS bekerja sama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Departemen Kesehatan (DEPKES). Secara teknis, BPS juga dibantu oleh United States Agency for International Development (USAID) melalui proyek Demographic and Health Surveys yang dilaksanakan oleh ORC Macro International, Amerika Serikat.
Survei yang telah dilakukan merupakan dokumen publik yang layak untuk diketahui oleh masyarkat, sehingga untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses data-data tersebut oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan penyusunan Buku Survei Demografi Kesehatan Nasional (SDKI) 2007 yang melibatkan perwakilan dari seluruh indonesia. Harapannya adalah masing-masing provinsi akan menerbitkan buku tersebut yang bisa dijadikan bahan rujukan bagi perkembangan kesehatan masayarkat di daerahnya masing-masing. (Bogor,24 Juli 2009)

Senin, Juli 06, 2009

PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT IKAN TERI TERHADAP PERTUMBUHAN BADUTA GIZI KURANG DI KECAMATAN TANETE RILAU, KAB. BARRU 2008 (ACHMAD AFFANDY)

Ahmad Affandy
Staf Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian MP-ASI biskuit ikan teri terhadap pertumbuhan baduta gizi kurang. Jenis dan rancangan yang digunakan quasy eksperiment non randomized pre-post control group design. Kelompok intervensi menerima MP-ASI biskuit ikan teri dan kelompok kontrol menerima MP-ASI biskuit non ikan teri selama 90 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pertambahan berat badan kelompok intervensi, baik pada anak laki-laki ( 1,40±0,53 kg) maupun anak perempuan (1,26±0,32 kg) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol anak laki-laki (1,20±0,52 kg) dan anak perempuan (1,48±0,43 kg). Rerata pertambahan panjang badan pada kelompok intervensi, baik pada anak laki-laki (1,94±0,94 cm) maupun anak perempuan (1,68±2.00 cm) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol anak laki-laki (1,30±0,70 cm) atau pun anak perempuan (0,68±0,89 cm). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan berat badan kedua kelompok perlakukan p-value > 0,05. Untuk pertumbuhan panjang badan terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok perlakukan dengan p-value < 0,05.
Kata kunci : MP-ASI bskuit ikan teri, pertumbuhan

Minggu, Juli 05, 2009

GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA (Ramadhan Tosepu)



I. Refleksi perjanjian international
Dalam pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Cairo,Mesir memuat kesepakatan : meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penduduk, pembangunan sumberdaya manusia, dan memfokuskan kepada pentingnya keterkaitan kebijakan kependudukan dan pembangunan. Selanjutnya tahun 1995 dilakukan konferensi wanita sedua di Beijing dan menghasilkan 12 titik kritis yang dihadapi perempuan, salah satunya adalah kesehatan dan hak reproduksi serta perlindungan dan pengayoman secara hukum. Untuk mempertegas kedua perjanjian tersebut maka tahun 2000 dilakukan perjanjian international Millenium Development Goals (MDGs), dalam MDGs tersebut memuat delapan sasaran, yakni : penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, pemenuhan standar pendidikan dasar, meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian bayi, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS,malaria, dan penyakit menular lainnya, pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
II. Masalah kesehatan reproduksi yang mengitari masyarakat
Pemahaman gender dalam Kesehatan Reproduksi merupakan masalah yang sangat penting untuk diketahui dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan reproduksi. Masalah gender dalam Kesehatan Reproduksi juga merupakan masalah kesehatan reproduksi yang berkembang di seluruh daerah di indonesia, masalah tersebut diantaranya: munculnya pergaulan bebas, hal ini muncul akibat remaja tidak mengetahui dampak dari pergaulan bebas. Remaja mengetahui dampak dari pergaulannya yang kebablasan ketika mereka telah mengalami kehamilan (hamil diluar nikah), akibat lanjutannya akan muncul dibenak mereka aborsi karena mereka merasa malu perbuatannya diketahui oleh orang lain. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga merupakan salah satu masalah kespro yang muncul didaerah, ini muncul akibat peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga yang belum dipahami, terutama yang sering muncul adalah kekerasan suami terhadap istri yang menganggap bahwa istri tidak lebih dari pemuas hawa nafsu laki-laki sehingga perlakuan suami terdapap istri terkadang membawa dampak negatif bagi istri. Disamping itu masalah ASI Ekslusif masih merupakan masalah yang kerap kali menghantui program kesehatan ibu dan anak, disisi lain kesehatan ibu dan anak terus digalakkan dalam rangka untuk menekan angka kematian bayi dan anak, namun disisi lain tenaga kesehatan masih banyak yang belum memahami akan manfaat dan guna dari ASI Ekslusif. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masih merupakan penyumbang terbesar dari kegagalan penerapan ASI Ekslusif, kondisi ini dapat dilihat ketika ibu melahirkan di Rumah Sakit petugas kesehatan tidak memperhatikan bayi yang baru lahir, mereka cenderung langsung memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir, yang tentunya keberadaan ini tidak sepengetahun ibu sang bayi. Keadaan ini disinyalir adanya kerjasama antara penyedia susu formula (sponsor) dalam rangka untuk mempromosikan susu formula tersebut kepada konsumen. Masalah lainnya adalah kasus pendarahan pada ibu hamil, pendarahan ini akan memberikan berbagai dampak yang bisa muncul diantaranya : anemia, keguguran, dan kematian ibu/janin.
Keempat masalah tersebut merupakan gambaran nyata akan bias gender yang terjadi di Indonesia keberadaan ini masih jauh dari harapan akan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender bukan berarti akan mengenyampingkan budaya-budaya yang menjadi nilai historis bangsa indonesia, namun kesetaraan gender adalah berupaya menempatkan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Kesepahaman antara laki-laki dan perempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga adalah modal dasar yang harus dimiliki pasangan suami istri (pasutri).
Tentunya, munculnya bias gender bukan saja tanggung jawab masyarakat namun pemerintah harus turut berperan untuk memberikan berbagai sosialisasi tentang kesehatan reproduksi bagi masyarakat. Khususnya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan pilar utama penggerak gender dalam kesehatan reproduksi. Upaya yang dapat dilakukan berupa : sosialiasi kesehatan reproduksi remaja (KRR) ini ditujukan bagi kaum remaja yang sangat rentan terhadap dampak negatif akibat perbuatannya baik yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya.Sosialisasi Asi Ekslusif secara menyeluruh kelapisan masyarakat, penyuluhan perawatan pasca persalinan oleh karena pasca persalinan merupakan hal yang rentan munculnya berbagai penyakit infeksi bagi ibu yang baru melahirkan, upaya terakhir yang bisa dilakukan adalah mensosialisasikan gender ke ibu hamil, sering kali ibu hamil oleh sebagian suami menganggap urusan hamil adalah tanggung jawab istri sehingga tanpa disadari ibu hamil di berikan pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan saat meraka hamil misalnya membantu suami mencari nafkah, melakukan aktifitas rumahan skala besar (mengambil air,mencuci).
Sebagai wujud pengimplentasian dari pelaksanaan kesehatan reproduksi, tanggal 18 juni 2009 telah di tanda tangani memorandum of undestending (MOU) antara Universitas Haluoleo (Unhalu) dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang kesehatan reproduksi, yang selanjutnya untuk menindaklanjuti MOU tersebut di bentuk Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-RR) Winslow pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Program Studi Kesehatan Masyarakat. Tujuannya adalah sebagai pusat konseling remaja terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi. Selanjutnya pada tanggal 21-27 Juni 2009 di Gogor BKKBN Pusat telah menyelenggarakan pelatihan TOT gender dalam kesehatan reproduksi, kegiatan yang dihadiri oleh seluruh elemen (tokoh masyarakat/pemuda/agama,BKKBN Provinsi) dari seluruh BKKBN Provinsi di Indonesia. Pertemuan yang di hadiri oleh Pile Patiung, SE (Ka.Balatbang BKKBN Prov.Sultra) dan Dharmasari, S.PSi, diharapkan akan memberikan kontsribusi yang besar bagi masyarakat sultra dalam memahami dan menyikapi gender dalam kespro, dan selanjutnya kedua kegiatan tersebut dilakukan dalam upaya menyiapkan konselor bagi remaja dan tenaga pelatih bagi elemen masyarakat di daerah. Sinergitas antara pemerintah khususnya BKKBN dengan elemen masyarakat akan sangat menetukan keberhasilan program gender dalam kesehatan reproduksi.
III. Pengenalan Masalah dengan Beberan Insav Gender dalam Komunitas
Istilah beberan insav gender merupakan istilah yang masih asing dibenak kita, namun akan kita coba pahami dengan menggunakan beberapa pendekatan yang relevan tanpa mengeyampingkan arti harafiahnya. Beberan insav gender adalah sebuah permainan/game yang menggabungkan seni bermain dengan teknologi pembelajaran yang mirip dengan permainan ular tangga, cara dan sistem permainan ini sama dengan permainan ular tangga, yang membedakan adalah dalam beberan insav gender terdapat beberapa pemain yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Pertama terdapat Tokoh masyarakat, kepala desa/lurah, Petugas kesehatan,dan Penyuluh KB. tokoh tersebut memiliki tugas sebagai tempat untuk mengklarifikasi jawaban yang disampaikan oleh peserta permainan ini. Kedua terdapat fasilitator yang bertugas sebagai pengarah dalam permainan ini. Ketiga terdapat peserta permainan beberan insav gender, peserta dituntut untuk bisa menjelaskan setiap petanyaan yang diperoleh dari lemparan dadu. Dalam permainan ini pula terdapat gambar yang diambil terpisah dari lembar permainan, maksud dari gambar tersebut adalah untuk merefleksikan kesehatan reproduksi yang selanjutnya dibahas secara bersama-sama anggota kelompok tersebut.
Beberan insav gender dibuat menyesuaikan materi gender dalam kesehatan reproduksi remaja dengan maksud agar materi yang disampaikan mudah sampai kepada penerima pesan. Permainan ini memiliki makna : kerjasama tim maksudnya adalah dalam organisasi kerjasama yang baik antar sesama anggota merupakan hal utama keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Menghargai maksudnya adalah dalam tim haruslah saling menghargai antara satu anggota dengan anggota lain, menghargai pendapat orang lain yang menggungkapkan pendapatnya. Ikhlas maksudnya adalah dalam menyampaikan pendapat belum tentu yang disampaikan itu benar/betul sehingga jika ada masukan/saran dari anggota yang lain maka haruslah ikhlas menerima saran tersebut, oleh karena sesempurna manusia pasti memiliki kekurangan.
IV. Penutup
Gender dalam kesehatan reproduksi akan diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat bila elemen masyarakat ini turut berperan aktif, yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing staekholder,elemen masyarakat. Permainan beberan insav gender hanyalah salah satu metode yang bisa digunakan dalam rangka untuk mendekatkan informasi kesehatan reproduksi pada kelompok masyarakat, implementasi dari pelaksanaan kegiatan tersebut akan sangat menetukan pencapaian Indonesia Sehat 2010.(Bogor,23 Juni 2009)

Jumat, Mei 01, 2009

Gambaran Kesehatan Masyarakat Desa Tandebura Kecamatan Watubangga Kab.Kolaka

Desa Tandebura merupakan salah satu desa yang berada diwilyah Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, secara umum daerah Watubangga terdiri dari beberapa suku besar yakni : Bali, Jawa, Bugis/makassar, dan Moronene, keanekaragaman suku ini tidak terlepas dari wilayah Watubangga yang ditempati pemukiman transmigrasi.

Status Kesehatan Masyarakat di Kecamatan Watubangga khususnya Desa Tandebura dapat dilihat dari aspek kesehatan lingkungan, aspek ini terbagi atas Air bersih. Air bersih masyarakat Desa Tandebura yang terletak di Satuan Pemukiman III (SP III) masih sangat serba kekurangan, hal ini ditandai dengan kurangnya sumber air bersih yang ada pada wilayah tersebut. Kurangnya sumber air bersih ini disebabkan karena perkonomian masyarakat Desa Tandebura masih berada dibawah kelas menengah kebawah sehingga untuk membuat sumur gali sangat sulit dilakukan, terlebih kedalaman sumur rata-rata 20-30 meter. Dari segi kualitas air bersih di Desa Tandebura terdapat beberapa sumur yang banyak mengandung zat kapur,sehingga sangat tidak layak untuk dikonsumsi.

Disisi lain Kecamatan Watubangga memiliki obyek wisata yang sangat unik untuk dinimkati, yakni adanya wisata pohon kelelawar. Kelelawar ini dapat dilihat pada siang hari yang junmlahnya mencapai ribuan ekor. Keindahan kelelawar ini dapat dilhat dan dinikmati pada pantai Poturua. Untuk pengunjung yang ingin bermalam tersedia tempat Penginapan Asrina milik Andi Azis Baso yang terletak di Desa Tandebura. (Tandebura, 30 April 2009)

Rabu, Februari 25, 2009

Kesehatan Masyarakat Desa Muara Sampara

Desa Muara Sampara merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Luas Desa Muara Sampara adalah ± 430 Ha/m2 dan merupakan daerah topografi berupa pesisir dengan pesebaran penduduk mengikuti jalur jalan. Desa Muara Sampara memiliki jumlah penduduk sebanyak 462 jiwa





Keadaan Kesehatan Lingkungan

a. Perumahan


Kondisi perumahan Desa Muara Sampara lebih didominasi oleh rumah-rumah panggung. Rumah panggung memang bentuk rumah yang paling cocok dengan kondisi alam di Desa Muara Sampara. Seperti telah dijelaskan sebelumnya desa ini berupa daerah pesisir, sering diguyur air laut ketika pasang naik. Namun, kebanyakan rumah-rumah ini masih menggunakan atap rumbia yang kurang baik dari segi kesehatan.

b. Air bersih

Masyarakat di Desa Muara Sampara menggunakan air sumur sebagai sumber airnya, tetapi ada juga yang menggunakan air sungai/kali ataupun air hujan. Sebagian besar masyarakat di Desa Muara Sampara menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih/minumnya yaitu sebanyak 60 kk (88,2%). Air sumur tersebut diperoleh dari desa Lalembue yang diangkut dengan memakai pincara atau katinting. Ada juga yang telah memiliki sumur sendiri yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah mereka. Namun, air yang diperoleh tidak memenuhi syarat kesehatan.

c. Jamban Keluarga

Pada umumnya penduduk di Desa Muara Sampara membuang tinjanya di tempat yang tidak memenuhi syarat, seperti di semak-semak, sungai, empang, laut dan lain-lain. Ini disebabkan karena sebagian besar penduduk tidak memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat.

d. Pembuangan Sampah dan SPAL

Di desa Muara Sampara, tidak semua masyarakatnya membuang tinja di jamban. Sebanyak 88,2 % masyarakat membuang tinja di sembarang tempat (bukan jamban). Sebagian tempat pembuangan faces dilakukan di sungai, empang maupun semak-semak belakang rumah mereka. Hal ini tentu saja memberikan efek yang buruk terhadap kesehatan.

Rata-rata penduduk di Desa Muara Sampara belum mempunyai SPAL yang memenuhi syarat. Sekitar 80,9% penduduk belum mempunyai SPAL khusus. Sedangkan 19,1% penduduk lainnya sudah memiliki SPAL, namun yang memenuhi syarat hanya sebanyak 11 rumah (16,2%), dan yang tidak memenuhi syarat ada sebanyak 57 rumah (83,8%). Hal ini tentu memungkinkan air limbah untuk mengalir dan meresap ke sumber air bersih, seperti sumur, sehingga akan mempengaruhi kualitas air bersih.

Sabtu, Januari 17, 2009

Praktikum Kesehatan Masyarakat: "Kompetensi Dasar Sarjana Kesehatan Masayarakat"

Perkembangan kesehatan masyarakat dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berbagai permasalahan dalam masyarakat mengharuskan tenaga kesehatan untuk memiliki kemampuan dan kompetensi dasar sebagai calon sarjana kesehatan masyarakat, salah satunya memahami dan menguasai praktikum kesehatan masyarakat. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara sebagai salah satu perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kesehatan masyarakat saat ini sedang menyelenggarakan praktikum kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Laboratorium Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, yang dimuai dari tanggal 15 Januari 2009 sampai dengan 27 Januari 2009, dengan materi kegiatan yakni :

  1. AKK : menghitung unit cost pelayanan kesehatan,
  2. K3: pengukuran cahaya, getaran, dan landasan kerja,
  3. Biostatistik/KKB: membuat piramida penduduk, life tabel, pemecahan kelompok umur,
  4. Gizi: pengukuran status gizi dengan IMT,LILA,TLK,pengukuran Hb dan Glukosa darah,
  5. PKIP: tekhnik pengembangan media sederhana,
  6. Tekhnik komunikasi dan presentase Kesling: kualitas air minum,bakteriologi,identifikasi nyamuk,
  7. Epidemiologi: Pemeriksaan mikroskopik TBC, kusta, diare.

Kegiatan ini diikuti oleh 94 orang mahasiswa yang terbagi dua peminatan yakni peminatan epidemiologi dan administrasi kebijakan kesehatan (AKK). Dengan empat orang pendamping yakni: Ramadhan Tosepu, SKM, M.Kes., Asrun Salam, SKM, M. Kes., Suhadi, SKM ,M. Kes., dan Laode Ali Imran, SKM, M. Kes. Output dari kegiatan ini melahirkan mahasiswa yang mampu menguasai praktikum kesehatan masyarakat.

Sabtu, Januari 03, 2009

STUDI EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN SUNGAI LASOLO TAHUN 2008

Ramadhan Tosepu

ABSTRAK
Sungai Lasolo merupakan salah satu anak sungai yang bermuara di teluk kendari. Bahan buangan yang mencemari Sungai Lasolo yakni : Bahan Buangan Padat di sungai Lasolo berupa pasir, tanah, sisa bahan bangunan, serbuk-serbuk kayu dan tripleks, Bahan Buangan Organik, misalnya tinja, kotoran ayam, sisa tumbuhan dan daun yang berguguran, serta adanya bangkai tikus, Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan, misalnya sisa makanan, daging, tulang sapi dan tulang ayam, Bahan Buangan Cairan Berminyak, misalnya minyak tanah dan oli yang berasal dari bengkel dan pangkalan minyak tanah, bahan Buangan Zat Kimia dapat berupa : Sabun (detergen, sampo dan bahan pembersih lainnya), berasal dari aktivitas penduduk (limbah rumah tangga), Zat warna kimia pada makanan, berasal dari penduduk yang membuat/menjual manisan mangga dan nenas, Plastik, berasal dari limbah-limbah rumah tangga, Zat kimia lainnya, berasal dari limbah rumah sakit (Rumah Sakit Santa Anna Kendari).
Kata kunci : organik,olahan bahan makanan,cairan minyak,zat kimia.

Manajerial Sarjana Kesehatan Masyarakat

Domain Kesehatan Masyarakat

Di dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Masyarakat sebagai obyek dalam pelayanan kesehatan mengharapkan pelayanan yang maksimal yang mengacu pada tujuan dari pembangunan kesehatan, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan.

Salah satu dari pusat pelayanan kesehatan adalah terdapatnya pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas).Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di tegaskan bahwa ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni Upaya Promosi Kesehatan , Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, serta Upaya Pengobatan dan Perawatan Dasar. Dari enam jenis pelayanan tersebut, terdapat lima program yang merupakan domain dari kesehatan masyarakat dan satu diantaranya merupakan domain dari dokter.

Manajerial Sarjana Kesehatan Masyarakat

Tanggal 24 Juli 2004 koran Suara Merdeka melaporkan bahwa pengangkatan Kepala Puskesmas Bulu, Hari Wiyono SKM M. Kes, ditentang oleh Sekretaris Komisi A DPRD Sukoharjo Drs. Muhammad Amin karena pengangkatan tersebut menyalahi tradisi, pertimbangannya sarjana kesehatan masyarakat (SKM) kurang memahami atau tidak tahu tentang persoalan-persoalan medis. Bagaimana menyuntik orang sakit dan memberikan resep obat yang tepat. Demikian pula bila ada persoalan kesehatan, dokter bisa bergerak cepat untuk mengantisipasi. Misalnya jika ada wabah demam berdarah, dokter bisa cepat bertindak ujarnya. Selanjutnya Kepala BKD Drs. Sugiyanto, MM mengatakan, pengangkatan Wiyono tidak menyalahi aturan. Alasannya, kedudukan kepala puskesmas lebih menitikberatkan pada manajemen. Yakni bagaimana menggerakkan roda kegiatan puskesmas untuk melayani masyarakat. Seorang sarjana kesehatan masyarakat lebih memahami masalah tersebut.

Kejadian tersebut telah empat tahun yang lalu terjadi, masikah peristiwa seperti yang dialami oleh Hari Wiyono, S.KM., M. Kes terjadi? Patut kita renungkan betapa tidak ilmiahnya bila hal itu masih terjadi, sekedar menggambarkan dalam situasi akademik kesehatan masyarakat dapat dibandingkan dengan kurikulum kesehatan masyarakat dengan kurikulum pendidikan kesehatan lainnya. Didalammnya akan terlihat dengan jelas mana yang mempelajari manajerial kesehatan secara menyeluruh, tentunya ini akan menjadi pelajaran buat kita semua dalam mewujudkan kesehatan yang optimal tidaklah pantas mengatakan bahwa profesi tertentulah yang paling baik dalam menyelesaikan masalah kesehatan, semua profesi kesehatan harus bekerja secara bersama-sama dan menempatkan posisi masing-masing sesuai dengan keahlian dan bakat yang dimilikinya yang tentunya berlandaskan dengan peraturan kesehatan yang berlaku.

Menurut keputusan Menkes RI, menegaskan bahwa kepala puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Disamping itu, kepala puskesmas dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin di puskesmas lebih berorientasi pada tugas. Petugas puskesmas dituntut harus menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi tepat pada waktunya. Hal tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi rutinitas.

Sebagaimana diketahui bahwa pada setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan telah terdapat kesepakatan perlunya menerapkan ilmu menejemen. Pada dasarnya memang menejemen dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa menejemen semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akan sia-sia belaka. Demikian juga halnya Puskesmas sebagai pusat penyelenggaraan pelayanan kesehatan perlu meningkatkan fungsi menejemen sehingga dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat demi terciptanya keadaan sehat. Pentingnya ilmu dalam menerapkan pelayanan kesehatan, menyebabkan keharusan bagi setiap petugas, terutama bagi pengelola pelayanan kesehatan untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan menejemen dan atau administrasi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang termasuk di dalam kelompok tenaga sarjana kesehatan, dituntut untuk bertanggung jawab secara luas dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat yang ada. Sarjana Kesehatan Masyarakat dapat berfungsi sebagai salah seorang menejer kesehatan di Puskesmas, hal ini sesuai dengan KEPMENKES RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar puskesmas didalamnya memuat syarat sebagai kepala puskesmas yakni harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.

Fungsi manajerial kepala puskesmas perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya, disesuaikan dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga bisa diadakan pembagian tugas dan giliran kerja yang merata di antara tenaga-tenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. Pertemuan berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya, termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa perlu dilakukan secara teratur setidaknya sebulan sekali. Pembagian tugas dan penjadwalan pertemuan dilakukan melalui media Mini Lokakarya Puskesmas. Tujuan pertemuan berkala tersebut, antara lain adalah: Menampung masalah/hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk dipecahkan bersama, Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam bulan berikutnya atau minggu yang akan datang, Menilai hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan yang lalu, Meneruskan informasi/instruksi/petunjuk dari atasan untuk diketahui dan dilaksanakan bersama, bila hal ini dijalankan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pelayanan kesehatan pada tingkat dasar akan terasa manfaatnya bagi masyarakat terlebih dalam pemerintahan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE yang menekankan pelayanan kesehatan secara gratis.

Sehingga tidaklah berlebihan jika penulis mengajak untuk kembali kepandangan ilmu kesehatan masyarakat yang di sampaikan oleh Winslow (ilmuwan pertama yang mengemukakan definisi kesehatan masyarakat, pen) mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada di dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Kegiatan dari kesehatan masyarakat itu mencakup : sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit, pendidikan kesehatan (higiene), manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan, dan pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Sebuah Renungan

Masalah kesehatan masyarakat sangatlah kompleks dan menyelesaikannya tidak semudah yang kita pikirkan, namun tidak berarti kita harus berhenti, upaya preventif adalah solusi bagi negeri ini. Langkah tersebut adalah langkah mulia dalam rangka mewujudkan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat.