Pemateri Pelatihan

Pelatihan Manajemen Surveilans yang dilaksanakan oleh Pengurus Daerah IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia)/Public Health Association of Indonesia Prov. Sulawesi Tenggara Republik Indonesia (11 Mei 2013)

Peresmian Gedung Baru FKM UHO

Bersama Rektor Universitas Halu Oleo Kendari “Prof. DR. Ir. H. Usman Rianse, MS”, dalam peresmian gedung baru Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

IAKMI : Bakti Sosial Korban Banjir

Tim bantuan sosial Pengurus Daerah IAKMI Prov. Sulawesi Tenggara, memberikan bantuan kepada korban banjir di Kecamatan Kapoaila Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Republik Indonesia

Bersama Istri Tercinta

Dalam suasana lebaran idul adha 2013 bersama Istri “Devi Savitri Effendy”

My Lovely Son and His Sister

Belajar menyukai gitar di usia dini berdua bersaudara “Barakh Alfath Tosepu" dan "Sansiviera Kesha Qalbi Tosepu”

Rabu, Juli 29, 2009

PENYUSUNAN BUKU SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA (SDKI) 2007 (Ramadhan Tosepu)

Dalam tulisan sebelumnya (baca:gender dalam kesehatan reproduksi di Indonesia,ditulis tanggal,5 Juli 2009) penulis pernah menyampaikan akan pelaksanaan ICPD di Cairo, Mesir. Berkenaan hal tersebut banyak hal yang telah dilakukan pemerintah Republik Indonesia untuk mengurangi masalah kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah pemenuhan basic data kesehatan yang didalammnya memuat data-data terbaru tentang kondisi status kesehatan masyarakat saat ini. Kegiatan ini sangat penting oleh karena data yang telah ada dapat digunakan oleh pemerintah pusat/daerah dalam perencanaan pembangunan kesehatan.
Implementasi dari pemenuhan data kesehatan tersebut telah dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang bertujuan : 1) Mengumpulkan data mengenai tingkat fertilitas, mortalitas dan prevalensi KB.2) Mengumpulkan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, seperti perawatan ibu hamil,imunisasi, pemberian ASI, pengetahuan tentang AIDS/PMS lainnya, dan kematian ibu.3) Memenuhi kebutuhan data dasar yang memiliki keterbandingan internasional untuk penyusunan kebijakan dan program di bidang kependudukan dan kesehatan.4) Mengumpulkan data mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku pria berstatus kawin berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit AIDS dan PMS lainnya.5) Mengumpulkan data untuk memantau peran serta pria dalam program KB.6) Mengumpulkan data mengenai pengetahuan, sikap dan prilaku remaja yang belum kawin berkaitan dengan kesehatan reproduksi, penyakit AIDS dan PMS seksual lainnya.7) Mengumpulkan informasi mengenai kesehatan lingkungan tempat tinggal, antara lain mengenai kondisi rumah, fasilitas air bersih, fasilitas dapur, keberadaan ternak/unggas di sekitar rumah, dan upaya pencegahan malaria. Survei tersebut dilakukan serentak diseluruh indonesia dengan pelaksana kegiatan BPS bekerja sama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Departemen Kesehatan (DEPKES). Secara teknis, BPS juga dibantu oleh United States Agency for International Development (USAID) melalui proyek Demographic and Health Surveys yang dilaksanakan oleh ORC Macro International, Amerika Serikat.
Survei yang telah dilakukan merupakan dokumen publik yang layak untuk diketahui oleh masyarkat, sehingga untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses data-data tersebut oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan penyusunan Buku Survei Demografi Kesehatan Nasional (SDKI) 2007 yang melibatkan perwakilan dari seluruh indonesia. Harapannya adalah masing-masing provinsi akan menerbitkan buku tersebut yang bisa dijadikan bahan rujukan bagi perkembangan kesehatan masayarkat di daerahnya masing-masing. (Bogor,24 Juli 2009)

Senin, Juli 06, 2009

PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT IKAN TERI TERHADAP PERTUMBUHAN BADUTA GIZI KURANG DI KECAMATAN TANETE RILAU, KAB. BARRU 2008 (ACHMAD AFFANDY)

Ahmad Affandy
Staf Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian MP-ASI biskuit ikan teri terhadap pertumbuhan baduta gizi kurang. Jenis dan rancangan yang digunakan quasy eksperiment non randomized pre-post control group design. Kelompok intervensi menerima MP-ASI biskuit ikan teri dan kelompok kontrol menerima MP-ASI biskuit non ikan teri selama 90 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pertambahan berat badan kelompok intervensi, baik pada anak laki-laki ( 1,40±0,53 kg) maupun anak perempuan (1,26±0,32 kg) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol anak laki-laki (1,20±0,52 kg) dan anak perempuan (1,48±0,43 kg). Rerata pertambahan panjang badan pada kelompok intervensi, baik pada anak laki-laki (1,94±0,94 cm) maupun anak perempuan (1,68±2.00 cm) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol anak laki-laki (1,30±0,70 cm) atau pun anak perempuan (0,68±0,89 cm). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan berat badan kedua kelompok perlakukan p-value > 0,05. Untuk pertumbuhan panjang badan terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok perlakukan dengan p-value < 0,05.
Kata kunci : MP-ASI bskuit ikan teri, pertumbuhan

Minggu, Juli 05, 2009

GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA (Ramadhan Tosepu)



I. Refleksi perjanjian international
Dalam pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Cairo,Mesir memuat kesepakatan : meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penduduk, pembangunan sumberdaya manusia, dan memfokuskan kepada pentingnya keterkaitan kebijakan kependudukan dan pembangunan. Selanjutnya tahun 1995 dilakukan konferensi wanita sedua di Beijing dan menghasilkan 12 titik kritis yang dihadapi perempuan, salah satunya adalah kesehatan dan hak reproduksi serta perlindungan dan pengayoman secara hukum. Untuk mempertegas kedua perjanjian tersebut maka tahun 2000 dilakukan perjanjian international Millenium Development Goals (MDGs), dalam MDGs tersebut memuat delapan sasaran, yakni : penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, pemenuhan standar pendidikan dasar, meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian bayi, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS,malaria, dan penyakit menular lainnya, pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
II. Masalah kesehatan reproduksi yang mengitari masyarakat
Pemahaman gender dalam Kesehatan Reproduksi merupakan masalah yang sangat penting untuk diketahui dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan reproduksi. Masalah gender dalam Kesehatan Reproduksi juga merupakan masalah kesehatan reproduksi yang berkembang di seluruh daerah di indonesia, masalah tersebut diantaranya: munculnya pergaulan bebas, hal ini muncul akibat remaja tidak mengetahui dampak dari pergaulan bebas. Remaja mengetahui dampak dari pergaulannya yang kebablasan ketika mereka telah mengalami kehamilan (hamil diluar nikah), akibat lanjutannya akan muncul dibenak mereka aborsi karena mereka merasa malu perbuatannya diketahui oleh orang lain. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga merupakan salah satu masalah kespro yang muncul didaerah, ini muncul akibat peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga yang belum dipahami, terutama yang sering muncul adalah kekerasan suami terhadap istri yang menganggap bahwa istri tidak lebih dari pemuas hawa nafsu laki-laki sehingga perlakuan suami terdapap istri terkadang membawa dampak negatif bagi istri. Disamping itu masalah ASI Ekslusif masih merupakan masalah yang kerap kali menghantui program kesehatan ibu dan anak, disisi lain kesehatan ibu dan anak terus digalakkan dalam rangka untuk menekan angka kematian bayi dan anak, namun disisi lain tenaga kesehatan masih banyak yang belum memahami akan manfaat dan guna dari ASI Ekslusif. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masih merupakan penyumbang terbesar dari kegagalan penerapan ASI Ekslusif, kondisi ini dapat dilihat ketika ibu melahirkan di Rumah Sakit petugas kesehatan tidak memperhatikan bayi yang baru lahir, mereka cenderung langsung memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir, yang tentunya keberadaan ini tidak sepengetahun ibu sang bayi. Keadaan ini disinyalir adanya kerjasama antara penyedia susu formula (sponsor) dalam rangka untuk mempromosikan susu formula tersebut kepada konsumen. Masalah lainnya adalah kasus pendarahan pada ibu hamil, pendarahan ini akan memberikan berbagai dampak yang bisa muncul diantaranya : anemia, keguguran, dan kematian ibu/janin.
Keempat masalah tersebut merupakan gambaran nyata akan bias gender yang terjadi di Indonesia keberadaan ini masih jauh dari harapan akan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender bukan berarti akan mengenyampingkan budaya-budaya yang menjadi nilai historis bangsa indonesia, namun kesetaraan gender adalah berupaya menempatkan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Kesepahaman antara laki-laki dan perempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga adalah modal dasar yang harus dimiliki pasangan suami istri (pasutri).
Tentunya, munculnya bias gender bukan saja tanggung jawab masyarakat namun pemerintah harus turut berperan untuk memberikan berbagai sosialisasi tentang kesehatan reproduksi bagi masyarakat. Khususnya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan pilar utama penggerak gender dalam kesehatan reproduksi. Upaya yang dapat dilakukan berupa : sosialiasi kesehatan reproduksi remaja (KRR) ini ditujukan bagi kaum remaja yang sangat rentan terhadap dampak negatif akibat perbuatannya baik yang diketahui maupun yang tidak diketahuinya.Sosialisasi Asi Ekslusif secara menyeluruh kelapisan masyarakat, penyuluhan perawatan pasca persalinan oleh karena pasca persalinan merupakan hal yang rentan munculnya berbagai penyakit infeksi bagi ibu yang baru melahirkan, upaya terakhir yang bisa dilakukan adalah mensosialisasikan gender ke ibu hamil, sering kali ibu hamil oleh sebagian suami menganggap urusan hamil adalah tanggung jawab istri sehingga tanpa disadari ibu hamil di berikan pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan saat meraka hamil misalnya membantu suami mencari nafkah, melakukan aktifitas rumahan skala besar (mengambil air,mencuci).
Sebagai wujud pengimplentasian dari pelaksanaan kesehatan reproduksi, tanggal 18 juni 2009 telah di tanda tangani memorandum of undestending (MOU) antara Universitas Haluoleo (Unhalu) dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang kesehatan reproduksi, yang selanjutnya untuk menindaklanjuti MOU tersebut di bentuk Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-RR) Winslow pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Program Studi Kesehatan Masyarakat. Tujuannya adalah sebagai pusat konseling remaja terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi. Selanjutnya pada tanggal 21-27 Juni 2009 di Gogor BKKBN Pusat telah menyelenggarakan pelatihan TOT gender dalam kesehatan reproduksi, kegiatan yang dihadiri oleh seluruh elemen (tokoh masyarakat/pemuda/agama,BKKBN Provinsi) dari seluruh BKKBN Provinsi di Indonesia. Pertemuan yang di hadiri oleh Pile Patiung, SE (Ka.Balatbang BKKBN Prov.Sultra) dan Dharmasari, S.PSi, diharapkan akan memberikan kontsribusi yang besar bagi masyarakat sultra dalam memahami dan menyikapi gender dalam kespro, dan selanjutnya kedua kegiatan tersebut dilakukan dalam upaya menyiapkan konselor bagi remaja dan tenaga pelatih bagi elemen masyarakat di daerah. Sinergitas antara pemerintah khususnya BKKBN dengan elemen masyarakat akan sangat menetukan keberhasilan program gender dalam kesehatan reproduksi.
III. Pengenalan Masalah dengan Beberan Insav Gender dalam Komunitas
Istilah beberan insav gender merupakan istilah yang masih asing dibenak kita, namun akan kita coba pahami dengan menggunakan beberapa pendekatan yang relevan tanpa mengeyampingkan arti harafiahnya. Beberan insav gender adalah sebuah permainan/game yang menggabungkan seni bermain dengan teknologi pembelajaran yang mirip dengan permainan ular tangga, cara dan sistem permainan ini sama dengan permainan ular tangga, yang membedakan adalah dalam beberan insav gender terdapat beberapa pemain yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Pertama terdapat Tokoh masyarakat, kepala desa/lurah, Petugas kesehatan,dan Penyuluh KB. tokoh tersebut memiliki tugas sebagai tempat untuk mengklarifikasi jawaban yang disampaikan oleh peserta permainan ini. Kedua terdapat fasilitator yang bertugas sebagai pengarah dalam permainan ini. Ketiga terdapat peserta permainan beberan insav gender, peserta dituntut untuk bisa menjelaskan setiap petanyaan yang diperoleh dari lemparan dadu. Dalam permainan ini pula terdapat gambar yang diambil terpisah dari lembar permainan, maksud dari gambar tersebut adalah untuk merefleksikan kesehatan reproduksi yang selanjutnya dibahas secara bersama-sama anggota kelompok tersebut.
Beberan insav gender dibuat menyesuaikan materi gender dalam kesehatan reproduksi remaja dengan maksud agar materi yang disampaikan mudah sampai kepada penerima pesan. Permainan ini memiliki makna : kerjasama tim maksudnya adalah dalam organisasi kerjasama yang baik antar sesama anggota merupakan hal utama keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Menghargai maksudnya adalah dalam tim haruslah saling menghargai antara satu anggota dengan anggota lain, menghargai pendapat orang lain yang menggungkapkan pendapatnya. Ikhlas maksudnya adalah dalam menyampaikan pendapat belum tentu yang disampaikan itu benar/betul sehingga jika ada masukan/saran dari anggota yang lain maka haruslah ikhlas menerima saran tersebut, oleh karena sesempurna manusia pasti memiliki kekurangan.
IV. Penutup
Gender dalam kesehatan reproduksi akan diterima dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat bila elemen masyarakat ini turut berperan aktif, yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing staekholder,elemen masyarakat. Permainan beberan insav gender hanyalah salah satu metode yang bisa digunakan dalam rangka untuk mendekatkan informasi kesehatan reproduksi pada kelompok masyarakat, implementasi dari pelaksanaan kegiatan tersebut akan sangat menetukan pencapaian Indonesia Sehat 2010.(Bogor,23 Juni 2009)