Senin, Juni 13, 2011

WABAH Escherichia coli (E.coli) YANG MEMATIKAN (Ramadhan Tosepu)

Mikroorganisme secara luas tersebar di seluruh bumi dan atmosfer. Mikroorganisme termasuk bakteri, virus, dan protozoa, parasit. Mikroskopis ini tidak terlihat dengan mata telanjang. Mereka ditemukan di semua permukaan air, termasuk danau, sungai. Banyak mikroorganisme dapat bertahan pada iklim yang ekstrim. Sebagian besar mikroorganisme dalam lingkungan dan ditemukan dalam air tidak berbahaya, tapi terdapat juga organisma yang berbahaya. Mikroorganisme yang paling penting bagi kesehatan manusia adalah mereka yang menyebabkan penyakit, yang disebut patogen

Pada pertengahan bulan Mei 2011 di Jerman dilaporkan terjadi wabah E.coli. Negara maju ini sangat kaget terhadap wabah yang melanda masyaraat, betapa tidak masyarakat yang begitu peduli tehadap kesehatan dan pemerintah yang serius mengurusi masalah kesehatan mengalami problem yang sangat besar,sungguh tidak dibayangkan akan hal ini terjadi,namun itulah penyakit kapan dan dimana saja bisa terjadi.

E. coli adalah salah satu coliforms tinja. Ia hidup dalam saluran pencernaan berdarah hangat hewan dan manusia. Sehingga E.coli ada dalam kotoran hampir semua hewan berdarah panas dan manusia. Kehadirannya dilingkungan adalah indikasi yang jelas dari kontaminasi tinja. E. coli dapat mengandung patogen dan akan berisiko terjadinya berbagai penyakit. Sehingga secara teori bakteri E.coli hanya bisa ada pada air, dari berbagai macam kasus bakteri E.coli bisa mencemari lingkunga perairan khususnya pada sumber air bersih. Hal inilah yang sering terjadi di beberapa negara berkembang. Kasus ini menjadi serius dan menghawatirkan karena sumber dan media penularannya bukan berasal dari air, namun berbagai buah seperti : mentimun. Strain. Diperkirakan kejadian E.coli ini muncul karena adanya strain baru yang dikenal dengan nama E. coli enterohaemorrhagic (EHEC). Penyakit yang disebabkan oleh E.coli berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat berdarah (haemorrhagic colitis) serta demam dan muntah. Masa inkubasi penyakit akibat E.coli berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari. Dengan strain baru ini E. coli enterohaemorrhagic (EHEC) telah mengembangkan sindrom hemolitik-uremik (HUS), yang dapat menyebabkan diare berdarah, gagal ginjal, kerusakan neurologis dan kematian.

BBC News melaporkan pada tanggal 8 juni 2011 Wabah tersebut telah mengakibatkan 24 orang meninggal, 2.400 orang terinfeksi dengan komplikasi yang menyerang ginjal. Selain itu Departemen Kesehatan RI menyampaikan bahwa ada beberapa negara di Eropa yang mengalami kasus yang sama, yakni Austria (2 kasus EHEC), Republik Czech (1 kasus EHEC), Denmark (7 kasus HUS dan 10 kasus EHEC), Prancis (6 kasus EHEC), Belanda (4 kasus HUS dan 4 kasus EHEC), Norwegia (1 kasus EHEC). Kemudian, Spanyol (1 kasus HUS), Swedia (15 kasus HUS dan 28 kasus EHEC), Swiss ( 2 kasus EHEC), Inggris (3 kasus HUS dan 4 kasus EHEC) dan Amerika Serikat (2 kasus HUS). Ini artinya negara-negara di Eropa harus diwaspadai oleh pemerintah, terlebih masyarakat yang aka bepergian ke Eropa.

Seandainya saja wabah ini terjadi di Indonesia maka ceritanya akan semakin menarik dan menjadi perhatian yang sangat serius, maksudnya adalah lembaga kesehatan dunia World Health Organization (WHO) akan memberikan peringatan yang sangat keras terhadap negara ini. Peringatan yang sama oleh pemerintah provinsi jawa tengah yang salah satu sekolah didaerah tersebut tidak mau melakukan penghormatan bendera, ancamannya “ditutup”. Namun tidaklah demikian di negara eropa,mungkin saja mereka berfikir dunia ini hanyalah milik mereka, sehingga dalam hal-hal tertentu digunakanlah standar ganda.

Tantangan dan perkembangan dalam keamanan makanan

Fokus dari wabah yang terjadi di Jerman mengarah pada pangan. Keselamatan makanan yang berasal dari bioteknologi perlu dinilai dengan hati-hati. Untuk menyediakan dasar ilmiah keputusan mengenai kesehatan manusia, metode baru dan kebijakan untuk menilai makanan seperti itu perlu dikembangkan dan disepakati secara internasional. Penilaian harus mempertimbangkan manfaat bagi kesehatan. Tanaman dimodifikasi untuk menolak hama, makanan dengan alergen dihapus atau makanan dengan peningkatan nutrisi yang sangat penting yang mungkin dapat dilakukan, contoh yang pertama, anti-mikroba dalam beberapa makanan yang dimodifikasi secara genetik telah diusulkan untuk menjadi yang terbaik. yang kedua. Penimbangan resiko dan manfaat potensial merupakan aspek penting penilaian makanan yang berasal dari bioteknologi yang belum mendapat banyak perhatian di masa lalu. Demikian juga, komunikasi yang jelas tentang dasar penilaian keamanan di daerah ini umumnya kurang diperhatikan pada tingkat nasional dan internasional. Jika tidak dipantau dengan baik, perubahan dalam praktek-praktek peternakan, termasuk makanan, mungkin memiliki implikasi yang serius bagi keamanan pangan.

Tantangan lain, yang harus ditujukan untuk membantu menjamin keamanan pangan, termasuk globalisasi perdagangan makanan, urbanisasi, perubahan gaya hidup, perjalanan internasional, pencemaran lingkungan, pencemaran yang disengaja dan alam dan bencana buatan manusia. Rantai produksi pangan telah menjadi lebih kompleks, menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk kontaminasi dan pertumbuhan patogen. Banyak wabah penyakit bawaan makanan yang pernah terdapat dalam komunitas kecil mungkin sekarang mengambil dimensi global.

Upaya Pencegahan

Berbagai cara telah dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran wabah, yang sehat jauh lebih banyak. Mereka ini harus dilindungi agar tidak masuk dalam kelompok yang sakit termasuk masyarakat Indonesia, sehingga pendekatan Public Health (Kesehatan Masyarakat) memiliki peran yang sangat strategis. Secara personal masyarakat di anjurkan untuk menjaga kebersihan perorangan (personal hygiene), misalnya mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar dan sebelum makan. Cara ini sederhana namun tidaklah mudah untuk menerapkannya sehingga membutuhkan kerja keras untuk mewujudkannya.

Dari sisi pemerintah, kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang tersebar di seluruh negeri ini harus mengoptimalkan upaya karantina terutama warga yang berkunjung ke eropa khususnya jerman. Pihak kementrian pertanian juga dituntut untuk tetap mengawasi pangan terutama yang berasal dari negara eropa. Langkah ini akan jauh lebih efektif dalam mencegah penyebaran wabah E.coli jika dibandingkan upaya pengobatan yang melanda masyarakat. Kerugian ekonomi akibat masyarakat yang sakit akan memberikan nilai negatif bagi pembangunan bangsa. (Cengkareng,10 Juni 2011)

0 komentar:

Posting Komentar